SETIAP hari, Ama Pau Wila berjualan kantong plastik di Pasar Naikoten, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pria berusia 47 tahun itu mengaku dagangannya laku 15 pak per hari. Harga satu pak Rp 5.000-Rp 10.000. Paling laris kantong plastik warna hitam. Yang warna merah dan kuning kurang laku. "Konsumen lebih suka yang hitam, karena isi belanjaannya tak kelihatan," katanya. Boleh jadi, pendapatan Ama pada pekan-pekan ini bakal berkurang. Itu bila penduduk Kupang sudah memperoleh informasi dari Rumah Sakit Umum ( RSU ) Kupang. Isinya, kantong plastik warna hitam bersifat karsinogen -- bisa menyebabkan kanker. "Kami imbau agar masyarakat berhati-hati menggunakan kantong plastik hitam," kata Hein Moy, Direktur Utama RSU Kupang. Terutama bila dipakai untuk bungkus makanan. Kantong plastik itu resmi mengandung zat-zat karsinogen. Imbauan itu diberikan setelah ia mendapat informasi dari Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia ( PERSSI ) , dua pekan silam. Di situ dikisahkan seorang pegawai pasar swalayan di Bandung , Jawa Barat, yang membeli tahu dan pisang goreng dari penjual makanan di dekat kantornya. Tahu dan pisang yang baru saja digoreng dibungkus dengan kantong kresek warna hitam. Sesampainya di kantor, gadis bernama Lina itu kaget begitu melihat warna tahu dan pisang goreng berubah kehitaman. Tapi, Lina tak ambil pusing. Ia tetap melahap pisang dan tahu goreng tersebut. Peristiwa seperti dialami Lina sering terjadi di masyarakat. Namun, warga cuek saja karena memang tidak tahu bahayanya. Berubahnya warna makanan (gorengan) tersebut diduga karena bahan kimia yang ada di plastik itu sudah masuk ke dalam makanan. Dari kejadian itu, Pusat Data PERSSI lantas memberikan informasi mengenai bahaya kantong plastik tadi. "Kantong plastik hitam yang beredar saat ini resmi mengandung karsinogen," ujar Hein Moy. Ia memberikan peringatan, karena kantong plastik hitam berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihan pemrosesannya. Seharusnya proses daur ulang diawasi instansi berkompeten. Rupanya, informasi dari PERSSI tak semuanya masuk ke rumah sakit. RS Hasan Sadikin, Bandung, misalnya, belum menerima informasi dari Pusat Data PERSSI. "Kalau itu memang resmi dikeluarkan PERSSI dan terbukti secara ilmiah, kami akan umumkan kepada masyarakat. Sebab, banyak pedagang yang menggunakan pembungkus kantong plastik hitam," kata Cissy B. Kartasasmita, Direktur RS Hasan Sadikin. Ketika dikonfirmasi, Robert Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum PERSSI, mengaku tidak mengeluarkan surat edaran itu. "Kami tidak pernah melakukan riset tentang bahaya kantong plastik hitam," katanya. Informasi tentang bahaya kantong plastik hitam ini ternyata dikeluarkan dalam satu artikel yang dibuat Iis Jatnika, reporter Pusat Informasi PERSSI. Iis mengaku terinspirasi menulis isu itu setelah mengamati proses pembuatan kantong plastik. Kantong itu diproses daur ulang. Asalnya plastik dari tempat sampah yang jelas-jelas sudah terkontaminasi oleh berbagai kotoran. "Pada saat proses daur ulang, plastik tak pernah dibersihkan," kata Iis. Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung, menduga berubahnya warna tahu dan pisang goreng itu karena masuknya zat pewarna plastik ke dalam makanan. "Zat pewarna hitam, kalau kena panas, bisa terurai, terdegradasi tentu saja ke bentuk radikal," ujarnya. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila kena panas. Karena itu, sebelum dimasukkan plastik, makanan harus dingin dan dibungkus kertas lebih dulu. Dedi Fardiaz, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( POM ) , mengaku belum mendapatkan laporan dari PERSSI. Namun, ia menyambut gembira informasi itu. "Bisa menyadarkan banyak orang," katanya. Dedi membenarkan sejumlah kantong kresek berasal dari proses daur ulang. Zat-zat itu memang bersifat karsinogen. Cuma, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang menentukan, misalnya kekerapan orang mengkonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. "Bila terakumulasi, memang bisa menimbulkan kanker," kata Dedi. POM sangat memperhatikan masalah ini. Pihaknya sudah menetapkan batasan penggunaan bahan plastik vinyl chlorida maksimal 0,5 part per million. Selain itu, POM juga sudah membentuk tim yang akan mengatur soal bahan material yang berkontak dengan makanan.
Email : suhu@ymail.com ; suhu@rocketmail.com
- s u h u
- Surabaya, East Java, Indonesia
- Designer Database dan pecinta tehnologi yang Qur'ani
Jumat, Januari 25, 2008
Kresek Hitam Pemicu Kanker
SETIAP hari, Ama Pau Wila berjualan kantong plastik di Pasar Naikoten, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pria berusia 47 tahun itu mengaku dagangannya laku 15 pak per hari. Harga satu pak Rp 5.000-Rp 10.000. Paling laris kantong plastik warna hitam. Yang warna merah dan kuning kurang laku. "Konsumen lebih suka yang hitam, karena isi belanjaannya tak kelihatan," katanya. Boleh jadi, pendapatan Ama pada pekan-pekan ini bakal berkurang. Itu bila penduduk Kupang sudah memperoleh informasi dari Rumah Sakit Umum ( RSU ) Kupang. Isinya, kantong plastik warna hitam bersifat karsinogen -- bisa menyebabkan kanker. "Kami imbau agar masyarakat berhati-hati menggunakan kantong plastik hitam," kata Hein Moy, Direktur Utama RSU Kupang. Terutama bila dipakai untuk bungkus makanan. Kantong plastik itu resmi mengandung zat-zat karsinogen. Imbauan itu diberikan setelah ia mendapat informasi dari Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia ( PERSSI ) , dua pekan silam. Di situ dikisahkan seorang pegawai pasar swalayan di Bandung , Jawa Barat, yang membeli tahu dan pisang goreng dari penjual makanan di dekat kantornya. Tahu dan pisang yang baru saja digoreng dibungkus dengan kantong kresek warna hitam. Sesampainya di kantor, gadis bernama Lina itu kaget begitu melihat warna tahu dan pisang goreng berubah kehitaman. Tapi, Lina tak ambil pusing. Ia tetap melahap pisang dan tahu goreng tersebut. Peristiwa seperti dialami Lina sering terjadi di masyarakat. Namun, warga cuek saja karena memang tidak tahu bahayanya. Berubahnya warna makanan (gorengan) tersebut diduga karena bahan kimia yang ada di plastik itu sudah masuk ke dalam makanan. Dari kejadian itu, Pusat Data PERSSI lantas memberikan informasi mengenai bahaya kantong plastik tadi. "Kantong plastik hitam yang beredar saat ini resmi mengandung karsinogen," ujar Hein Moy. Ia memberikan peringatan, karena kantong plastik hitam berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihan pemrosesannya. Seharusnya proses daur ulang diawasi instansi berkompeten. Rupanya, informasi dari PERSSI tak semuanya masuk ke rumah sakit. RS Hasan Sadikin, Bandung, misalnya, belum menerima informasi dari Pusat Data PERSSI. "Kalau itu memang resmi dikeluarkan PERSSI dan terbukti secara ilmiah, kami akan umumkan kepada masyarakat. Sebab, banyak pedagang yang menggunakan pembungkus kantong plastik hitam," kata Cissy B. Kartasasmita, Direktur RS Hasan Sadikin. Ketika dikonfirmasi, Robert Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum PERSSI, mengaku tidak mengeluarkan surat edaran itu. "Kami tidak pernah melakukan riset tentang bahaya kantong plastik hitam," katanya. Informasi tentang bahaya kantong plastik hitam ini ternyata dikeluarkan dalam satu artikel yang dibuat Iis Jatnika, reporter Pusat Informasi PERSSI. Iis mengaku terinspirasi menulis isu itu setelah mengamati proses pembuatan kantong plastik. Kantong itu diproses daur ulang. Asalnya plastik dari tempat sampah yang jelas-jelas sudah terkontaminasi oleh berbagai kotoran. "Pada saat proses daur ulang, plastik tak pernah dibersihkan," kata Iis. Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung, menduga berubahnya warna tahu dan pisang goreng itu karena masuknya zat pewarna plastik ke dalam makanan. "Zat pewarna hitam, kalau kena panas, bisa terurai, terdegradasi tentu saja ke bentuk radikal," ujarnya. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila kena panas. Karena itu, sebelum dimasukkan plastik, makanan harus dingin dan dibungkus kertas lebih dulu. Dedi Fardiaz, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( POM ) , mengaku belum mendapatkan laporan dari PERSSI. Namun, ia menyambut gembira informasi itu. "Bisa menyadarkan banyak orang," katanya. Dedi membenarkan sejumlah kantong kresek berasal dari proses daur ulang. Zat-zat itu memang bersifat karsinogen. Cuma, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang menentukan, misalnya kekerapan orang mengkonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. "Bila terakumulasi, memang bisa menimbulkan kanker," kata Dedi. POM sangat memperhatikan masalah ini. Pihaknya sudah menetapkan batasan penggunaan bahan plastik vinyl chlorida maksimal 0,5 part per million. Selain itu, POM juga sudah membentuk tim yang akan mengatur soal bahan material yang berkontak dengan makanan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar