Jakarta - Setiap kita pasti pernah mengalami kegagalan dalam salah satu urusan yang kita jalani dalam kehidupan. Kita perlu belajar dari Thomas Alfa Edison (TAE) menyikapi kegagalan. Ketika itu, sudah ribuan kali TAE melakukan percobaan untuk menemukan bola lampu. Karena berulang kali gagal, teman-teman TAE meledek, ada yang mentertawakan dan juga ada yang menganggap TAE gila. Namun, ketika ia diwawancari Napoleon Hill kemudian diajukan pertanyaan “Mr. Edison, apa tanggapan Anda, setelah ribuan kali usaha anda gagal menciptakan bola lampu?” TAE menjawab, “Maaf, siapa bilang saya gagal. Saya sekarang menjadi tahu bahwa ada ribuan cara yang tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Dan saya juga menjadi tahu bahwa ada ribuan bahan di muka bumi ini yang tidak bisa digunakan untuk membuat bola lampu.” TAE tidak menganggap bahwa percobaan ribuan kali yang telah dilakukan dianggap suatu kegagalan. Tapi justeru menjadi ilmu dan pengalaman yang begitu bermakna dalam hidupnya. Tak ada rumusan menang-kalah dalam hidupnya, yang ada rumusan menang-belajar. Dengan pola pikir seperti ini, wajar kalau TAE sebagai ilmuwan yang memiliki hak paten terbanyak di dunia. Lebih dari 1000 hak paten telah dimiliki oleh TAE. Dan memang faktanya, orang-orang hebat dunia pasti pernah mengalami kegagalan. Raja-raja kesuksesan ternyata juga adalah raja-raja kegagalan. Contohnya Soichiro Honda. Ia pernah membuat ring piston. Hasil karyanya itu dijual ke Toyota dan ternyata ditolak karena tidak memenuhi standar perusahaan. Dia berhenti atau menyerah? TIDAK. Dia mencoba berbagai model yang akhirnya diterima Toyota. Begitu modelnya diterima, ia berusaha mendirikan pabrik sendiri agar mampu memenuhi permintaan Toyota. Keinginan Soichiro Honda tidak disetujui pemerintah, karena ketika itu sedang suasana perang. Ia tidak diberi semen oleh pemerintah. Dia menyerah? TIDAK. Dia bersama dengan teman-temannya justru mencari akal untuk membuat semen. Maka berdirilah pabrik milik Soichiro Honda. Semasa perang, pabrik milik Soichiro Honda terkena bom dua kali. Hampir semua fasilitas pentingnya luluh lantak. Dia menyerah? TIDAK. Dia mendirikan pabriknya kembali dengan berbagai barang bekas yang ada. Tidak lama kemudian, gempa datang. Kali ini pabriknya rata dengan tanah. Cobaan berikutnya datang. Krisis ekonomi setelah perang dunia kedua terjadi di seluruh dunia termasuk Jepang. Honda mengalami kebangkrutan total dan jatuh miskin. Sebagai manusia biasa, Hondapun oleng. Dia menyendiri di rumahnya beberapa saat. Tidak ingin larut lama dalam kesedihan, Honda kemudian mengikatkan sebuah mesin di sepedanya, dan jadilah sepeda motor. Ternyata, orang-orang Jepang tertarik dengan ide Honda ini. Permintaan melonjak dan inilah cikal bakal lahirnya kerajaan Honda Motor Company. Jadi, kalau anda ingin menjadi orang hebat, maka Anda harus siap menerima kegagalan. Ada pepatah yang saya dapatkan ketika saya memberikan training di Makasar, ”Pelaut yang ulung tidak akan lahir di laut yang tenang.” Orang-orang yang hebat tidak akan lahir dari orang yang tidak mendapat cobaan dan ujian. Maka jika suatu kegagalan datang kepada anda, Anda harus punya persepsi. Tuhan sedang menyempurnakan dan menguatkan hidup Anda. Ketika sebelas bisnis saya bangkrut, saya berpikir : ”Mungkin kepedulian saya dengan orang lemah kurang,” Saya tidak boleh cepat-cepat menilai bahwa orang ini baik, orang itu tidak baik. Kalau kita mau menilai orang, kita harus pernah berbisnis dengan dia, menilai orang bukan di tempat-tempat ibadah. Memang kegagalan harus dihadapi bukan ditakuti. Contohnya, hari Minggu (20/01/2007) mantan juara tinju Felix ”Tito” Trinidad (Puerto Riko) bertinju melawan Roy Jones, petinju Amerika Serikat. Keduanya ingin saling mengalahkan. Apakah keduanya berharap di atas ring sang musuh tidak melepaskan tinjunya?. Tentu TIDAK. Keduanya yakin sang musuh pasti akan melepaskan tinju kepadanya. Pukulan dan kegagalan harus dihadapi oleh setiap pemenang. Para pemenang bukan takut dan menghindar dari kegagalan tapi mereka berharap semoga mereka kuat menghadapi kegagalan. Jadi bersahabatlah dengan kegagalan.
Jamil Azzaini - detikcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar