Sungguh menakjubkan, jantung yang telah mati dapat dihidupkan kembali di laboratorium dan kembali berdenyut sendiri. Terobosan ini menjanjikan penyediaan organ-organ transplantasi sesuai kebutuhan pasien penderita penyakit gagal jantung, ginjal, atau organ dalam tubuh lainnya.
Seperti dilansir jurnal Nature Medicine, jantung yang dihidupkan kembali merupakan jantung tikus yang sudah mati. Para peneliti mengambil seluruh sel jantung yang telah mati dan hanya menyisakan struktur lunak jaringan kolegennya saja melalui teknik yang disebut deselulerisasi.
Jantung mati yang telah dibersihkan tersebut kemudian disuntik sel-sel yang berasal dari jantung tikus yang baru lahir. Sel-sel baru dibiarkan tumbuh dan mengikat jaringan kolagen di atas cairan bernutrisi dalam ruangan khusus laboratorium.
Selang empat hari, jantung tersebut terlihat berdenyut kembali. Menakjubkan!
Para peneliti lalu menggunakan alat pacu jantung (pacemaker) untuk mengukur arah gerakan kontraksinya. Mereka juga merangsang jantung untuk memompa dengan mengalirkan cairan bertekanan ke dalamnya meniru aliran darah di dalam tubuh. Delapan hari kemudian, jantung yang dihidupkan kembali mulai dapat memompa cairan tersebut dengan sempurna.
"Kami yakin alam telah menciptakan alat-alat yang sempurna dan kami penasaran apakah ada cara di laboratorium untuk memberikan alat-alat yang dibutuhkan dan membiarkan alam bekerja," ujar Doris Taylor dari Pusat Penyembuhan Kardiovaskular Universitas Minnesota , AS. Alat yang dimaksud adalah jaringan kolagen, fibronacin, dan laminin.
Taylor bekerja sama dengan Dr. Harold Otto dari Rumah Sakit Umum Massachusetts , AS telah menggunakan metode yang sama untuk membuat jaringan pembuluh jantung, pembuluh darah, dan organ lainnya. Teknik ini suatu saat diharapkan dapat idpakai untuk membuat organ transplantasi dari sel-sel tubuh pasien sendiri sehingga penolakan tubuh terhadap organ transplantasi yang sering ditemui selama ini dapat dikurangi.
"Harapannya kami dapat membuat organ yang sesuai dengan tubuh Anda," ujar Taylor .
Sumber: REUTERS
Wartawan: WAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar