BAITULLAH (Rumah Allah), disebut juga Baitul Haram (Rumah Suci), Baitul Atiq (Rumah Kuno). Lebih terkenal dengan nama Kakbah. Sebuah bangunan berbentuk kubus, terbuat dari batu biru, terletak di tengah-tengah Masjidilharam. Panjang dinding muka dan belakang, 12 meter, kedua sisinya 10,1 meter dan tinggi 16 meter. Posisi dinding Kakbah membujur ke barat laut, timur laut, barat daya, dan tenggara. Tujuannya, agar tidak menentang arah angin secara langsung. Tiap sudut Kakbah dinamakan sesuai dengan arahnya. Sudut utara disebut Rukun Iraki (menghadap ke Irak). Sudut barat Rukun Syami (menghadap ke Syam atau Suriah). Sudut selatan disebut Rukun Yamani (menghadap ke Yaman). Kecuali sudut timur yang dinamakan Rukun Aswadi, karena di sini terdapat Hajar Aswad. Pada bentangan dinding antara Rukun Aswadi dan Rukun Iraki, terdapat pintu Kakbah. Antara pintu Kakbah dan Hajar Aswad, terletak Multazam. Umat Islam di Indonesia dan di negara-negara sebelah arah timur dari Mekah, dalam melaksanakan salat, menghadap persis ke pintu Kakbah dan Multazam itu. Antara Rukun Iraki dan Rukun Syami, terdapat Hijir Ismail. Ini ditandai dengan lengkungan tembok setinggi dada. Tembok melengkung itu disebut Hatim. Di atas Hijir Ismail, terdapat Mizab atau saluran air untuk mengalirkan air selama musim hujan agar tidak menggenangi atap Kakbah. Mizab atau saluran air itu kini terkenal dengan sebutan Talang Emas. Baitullah itu merupakan sebentuk tempat yang dibangun pertama kali, di muka bumi untuk manusia beribadah kepada Allah SWT. Ini ditegaskan di dalam Alquran, S. Ali Imran: 96-97, "Susungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah ia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, bagi yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesunggunya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." Sejarawan Al-Azraky (wafat 250 H), yang termasyhur sebagai pakar kota Mekah, penulis buku Akhbar Makkah menyatakan, bahwa Bakkah atau Mekah adalah lokasi Baitullah. Yang dimaksud maqam Ibrahim adalah bekas tapak kaki Nabi Ibrahim a.s. Tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri di atas batu, menyeru manusia untuk melakukan haji ke Baitullah. Jadi bukan maqam dalam arti kuburan (makam) berdasarkan pemahaman kita. Kuburan Nabi Ibrahim a.s. berada di kota Al-Khalil (Hebron), Palestina, bersama makam istrinya (Sara), putranya (Nabi Ishak a.s.), cucunya (Nabi Yakub a.s.) berdampingan makam Laya (istri Yakub) dan Nabi Yusuf a.s. (putra Yakub). Untuk menandakan peran dan fungsi Baitullah, Allah SWT. memerintahkan Nabi Adam a.s. beribadah di sana. Sementara itu, tanda-tanda keberadaan Baitullah dirintis oleh Nabi Ibrahim a.s. dan puteranya, Nabi Ismail a.s., berupa fondasi yang lebih tinggi daripada tanah sekelilingnya. Posisi Baitullah itu tepat berada di bawah Baitul Ma'mur, tempat tawaf para malaikat di areal Arasy. Seandainya Baitul Ma'mur runtuh, demikian Al-Azraky, puing-puingnya akan jatuh tegak lurus menimpa Baitullah. Melalui proses renovasi dan rehabilitasi dari generasi ke generasi, kini kita dapat melihat bentuk Baitullah dalam wujud lingkungan Masjidilharam. Kakbah merupakan pusat Baitullah. Ke sanalah kaum Muslim sedunia menghadapkan wajahnya ketika melaksanakan salat. Dalam sejarah Islam, semula Masjidil Aqsa di Yerusalem, menjadi kiblat umat Islam. Ketika Nabi Muhammad saw. salat di sebuah masjid di Madinah, turun ayat 144 Q. S. Al-Baqarah yang memerintahkan agar memalingkan wajah (berkiblat) ke Masjidilharam (Fawalli wajhaka sathral Masjidilharam). Di mana pun berada, palingkanlah mukamu ke arah itu (wa khaitsu ma kuntum fa wallu wujuhakum syatrahu). Berdasarkan beberapa hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad saw. bersama para sahabatnya di Madinah, melaksanakan salat dengan berkiblat ke Masjidil Aqsa selama enam belas bulan. Masjid tempat Nabi saw. menerima wahyu perubahan kiblat dari Masjidil Aqsa di utara ke Masjidilharam di selatan, sekarang dinamakan Masjid Qiblatain (Masjid Dua Kiblat). Merupakan satu di antara dua masjid penting yang banyak diziarahi para jemaah haji selama tinggal di Madinah. Satu lagi adalah Masjid Quba, masjid yang pertama kali dibangun ketika Nabi saw. datang hijrah di Madinah. Peristiwa perubahan kiblat tersebut memang sangat didambakan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau sering menengadahkan wajah ke langit, memanjatkan doa agar turun wahyu yang memerintahkan menghadap ke Baitullah (Q.S. Al-Baqarah: 144). Setelah terkabul, dan kaum Muslimin segera mengubah kiblat salat mereka, kaum Yahudi dan kaum munafikin Madinah bereaksi negatif. Mereka melakukan provokasi dan olok-olok, yang bertujuan menggoyahkan akidah umat Islam. Namun, turun ayat Alquran yang memperteguh hati dan jiwa kaum beriman, sekaligus membungkam omong kosong musuh-musuh Islam. "Dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Rabbmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu sekalian berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada alasan bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar kusempurnakan nikmat-Ku atasmu dan supaya kamu mendapat petunjuk." (Q.S. Al-Baqarah:149-150). (H. Usep Romli H.M.)*** Sumber : http://www.geografiana.com/
Email : suhu@ymail.com ; suhu@rocketmail.com
- s u h u
- Surabaya, East Java, Indonesia
- Designer Database dan pecinta tehnologi yang Qur'ani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar