Email : suhu@ymail.com ; suhu@rocketmail.com

Foto saya
Surabaya, East Java, Indonesia
Designer Database dan pecinta tehnologi yang Qur'ani

Selasa, Desember 23, 2008

Bebas Fiskal...Cihui...


Akhirnya Pemerintah membebaskan fiskal (Pajak penghasilan karena perjalanan ke Luar Negeri) dari setiap warga negaranya yang bepergian keluar Negeri. Indonesia adalah negara satu-satunya di Dunia yang mengenakan pajak Warganya jika ingin keluar negeri. Negara negara miskin di Afrika saja tidak melakukannya ...
Beruntung, tahun 2009 ini Pemerintah menetapkan pembebasan fiskal meski dengan syarat harus dapat menunjukkan NPWP. Menurut saya itu masih lebih gentle . Mudah-mudahan ini bukan manuver politik mencari muka menjelang pemilu 2009.
Bye..bye..fiskal...

Ok... lets go...around the world...

Senin, Desember 22, 2008

Anak-Anak Karbitan

Oleh Dewi Utama Faizah
Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…
Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa.. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua … Captive market!
Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di samping ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

ANAK-ANAK YANG DIGEGAS…
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Diantaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik di dalam dan di luar sekolah.
Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.
Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, di mana seorang Ibu yang bernama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun, Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun, Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun, ia membaca enam buah buku dan koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun, dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 tahun, ia menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun kabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.
Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil, mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einstien yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun.
Selama berpuluh-puluh tahun, orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan oleh faktor kognitif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu, banyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang di mana-mana, di Indonesia.
"EARLY RIPE, EARLY ROT…!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1990 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak-kanak (Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.
Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak.
Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner, seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal "The Process of Education" pada tahun 1990. Ia menyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika . "We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually honest way to any child at any stage of development".
Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang disalahartikan oleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk. (early ripe, early rot!).
Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Di rumah, para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca.
Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep "kesiapan-readiness " dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological limititations on learning". Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar apapun.
Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah membuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi "miniature orang dewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang dewasa. Di sisi lain, media pun merangsang anak untuk cepat mekar terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah maraknya program teve yang belum pantas ditonton anak anak yang ditayangkan di pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa sebagai seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata, media telah memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak tumbuh kembang secara cepat.
Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, cobalah perhatikan, khususnya saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ", sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak".
Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak laki-laki "Heintje" di era tahun 70-an: I'm Nobody'S Child.
I'M NOBODY'S CHILD
I'm nobody's child
I'm nobody's child
Just like a flower
I'm growing wild
No mommies kisses and no daddy's smile
Nobody's louch me I'm nobody's child.
DAMPAK BERIKUTNYA TERJADI KETIKA ANAK MEMASUKI USIA REMAJA
Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki usia remaja. Mereka tidak segan segan mempertontonkan berbagai macam perilaku yang tidak patut. Patricia O'Brien menamakannya sebagai "The Shrinking of Childhood". "Lu belum tahu ya… bahwa gue telah melakukan segalanya", begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya. "Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks", serunya bangga.
Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimana pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar, kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan untuk berkembang, sebuah proses dalam kehidupannya!
Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang berkarier di luar rumah tidak memiliki waktu banyak dengan anak-anak mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga "baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknva. Colette Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang window shopping, ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau buku romantis. Sebagai bentuk ilusi menghindari kehidupan nyata yang mereka jalani.
Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembaga pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai les, dan mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini dan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan parenting di lembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.
ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknya "be special" daripada "be average or normal" sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak mereka menjadi "to excel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Namun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan banyak lagi lainnya maka lahirlah anak-anak super "SUPERKIDS". Cost (biaya) merawat anak superkids ini sangat mahal.
Era superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is better". Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah ketika anak anak itu menjadi dewasa, maka ia akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan!

BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan berbagai gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan "miseducation" terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya. Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antara lain:
Gourmet Parents (Orang tua Borju)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidup kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua. Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknya baju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, maka itulah sekolah banyak kelompok orangtua "gourmet " atau kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya.
College Degree Parents (Orang tua Intelek)
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids", apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak-anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah.
Gold Medal Parents (Orang tua Mendali Emas)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia . Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan menjadi "Seorang Bintang Sejati ". Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik ketika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi,dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang , puluhan anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta . Anak-anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara anak kecil mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar. Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai pemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas kertas.
Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal parent menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!
Pada tanggal 29 Mei lalu kita saksikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua" yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua Joshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid" seorang penyanyi sekaligus seorang bintang film.

Do-it Yourself Parents (Orang tua Mandiri)
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu, kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya "Superkids earlier is better".
Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
Outward Bound Parents (Orang tua Paranoid)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep "Superkids". Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan lingkungannya.
Prodigy Parents (Orang tua Instan)
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka cukup berada, narnun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya.
Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai. Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca" karangan Glenn Doman , atau "Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika" karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang" karangan Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 9 Hari" karangan Sidney Ledson.
Encounter Group Parents (Orang tua Pengerumpi)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya.
Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku "gang ngrumpi" yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.
Milk and Cookies Parents (Orang tua Ideal)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan.
Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtua yang melakukan "miseducation" dalam merawat dan mengasuh anak-anaknya. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua.
Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah. Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan belajar.
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mereka begitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagi mereka, setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!
Kamu harus tahu bahwa tiada satu pun yang lebih tinggi, atau lebih kuat, atau lebih baik, atau pun lebih berharga dalam kehidupan nanti daripada kenangan indah; terutama kenangan manis di masa kanak-kanak. Kamu mendengar banyak hal tentang pendidikan, namun beberapa hal yang indah, kenangan berharga yang tersimpan sejak kecil adalah mungkin itu pendidikan yang terbaik. Apabila seseorang menyimpan banyak kenangan indah di masa kecilnya, maka kelak seluruh kehidupannya akan terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu saja kenangan indah yang tersiampan dalam hati kita, maka itulah kenangan yang akan memberikan satu hari untuk keselamatan kita" (destoyevsky' s brothers karamoz)
PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah "industri" dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah. Sebagai guru kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi "pengabar isi buku pelajaran" ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu, sekolah akan menggunakan "mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak.
Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan organisasi sebuah birokrasi? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa yang dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran? Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-perilaku keseharian mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah? dengan tugas-tugas dan PR yang menumpuk.
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya! Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan "pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Di mana guru mengajar, anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire,1993) . Model pembelajaran banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah.
MENGKOMPETENSI ANAK MERUPAKAN "KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN"
"Anak adalah anugrah Tuhan sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasa yang bertanggungjawab"
(Nature versus Nurture)
Bagaimana?
Karena ada dua pengertian kompetensi. Kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.
Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson (psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi apapun sesuai kehendak kita; sebagai komponen sentral dari konsep kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pembelajar, maka mereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.
Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :
"Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to bring them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and train him to become any type of specialist I might select — doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents, penchants, tendencies, vocations, and race of his ancestors "
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini" setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun 1979. Dimana guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill)" dalam mata pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred Hechinger kepada New York Times sebagai berikut : "The improvement in those areas were not the result of any magic program or any singular teaching strategy, they were…. simply proof that accountability is crucial and that, in the past five years, it has paid off in New Yersey"

Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika mereka bersekolah di SD kelas rendah. Semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi-kompetensi perolehan pengetahuan hanya secara kognitif.
Oleh karena hingga hari ini, sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif fisik, dan moral belum dapat dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja!. Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam kehidupannya. Perilaku keingintahuan "curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistem persekolahan kita.
AKADEMIK BUKANLAH KEBUTUHAN DARI SEBUAH PENDIDIKAN! "EMPTY SACKS WILL NEVER STAND UPRIGHT"(GEORGE ELIOT).
Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati dan pisik anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah dibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik akademik dan pendidik sanubari "karakter". Di mana mereka mendidik anak menjadi "good and smart" terang hati dan pikiran.
Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.
Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya berjam-jam untuk belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration ".
Semangat belajar "encourage" tidak dapat muncul tiba-tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati, kesukaan dan kecintaan belajar. Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak mencintai mereka sebagai anak. Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan "moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karakter inilah tujuan sejati sebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr ). Inilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara kecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik.
PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan terang pikiran "good and smart" merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.
Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak karbitan! Lihatlah nanti ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan.
*) Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

Kamis, Oktober 30, 2008

Karena nggak mendidik

Karena gambarnya gak mendidik


maka bukunya ditarik dan diganti ini...

Daftar Krisis Ekonomi Dunia Sepanjang Sejarah

Ditulis tanggal 30 Oktober 2008, jam 13.10 BBWI

Saat ini kita sedang memasuki krisis ekonomi yang sebenarnya parah. Hal yang paling bijak saat ini adalah :

1. Pegang uang Cash, jangan investasi ke properti dulu karena prediksi harga properti akan jatuh
2. Jangan beli emas. harga emas saat ini sedang fluktuasi. bahkan trend sekarang sedang turun.
3. Depositokan saja ke Bank. Ingat bunga tertinggi yang dijamin negara 10 % dan Maks Rp 2 M. jika ada bank menawarkan bunga diatas 10% hati2. bank itu lagi kesulitan uang. dan jika bangkrut, uang anda tidak akan diganti negara. Pilih bank Pemerintah saja.
4. Jangan beli dollar. Dollar tinggi saat ini karena investor asing banyak menarik dollarnya dari Indonesia karena mereka butuh duit. Kondisi kita sekarang sangat beda dengan 1998. ingat itu.
5. Jika anda saat ini pegang dollar maka saat ini adalah saat yang tepat untuk mulai mempertimbangkan melepas dollar karena titik kulminasinya hampir tercapai. Jangan menunggu pekan depan karena kemungkinan keuntungan akan turun. jika ragu lepaslah secara parsial/sebagian.
6. The Fed (BI-nya USA) saat ini sudah memotong SBInya sehingga hanya menjadi 1%. Kemungkinan terjadi kontraksi sangat besar. artinya situasi sekarang sedang menuju equilibrium (keseimbangan).
7. Belilah produk dalam negeri. itu akan menimbulkan multiple efek yang positif terhadap makro ekonomi kita. Kata ekonom, negara yang mempunyai sumber daya alam yang besarlah saat ini yang bisa survive.
Ayo..kita adalah bangsa yang diberi rahmat kekayaan alam. Pergunakan sebaiknya. belilah dari petani dan pedagang kita produk asli Indonesia. Jangan minder. Makanan semahal apapun jika sudah masuk perut dan keluar besok paginya, tidak akan berbeda, baik bau dan bentuk dengan produk makanan tradisional Indonesia.
Berikut daftar resesi dunia sebagai informasi anda :
Kepanikan 1797
Krisis ekonomi berlangsung selama 3 tahun dari 1797 hingga 1800. Akibat dari deflasi Bank of England yang menyebar hingga lautan Atlantik dan Amerika Utara dan menyebabkan hancurnya perdagangan dan pemasaran real estate di Amerika Serikat dan sekitar Karibia. Ekonomi Inggris terpengaruh akibat adanya pembalikan deflasi selama perang dengan Perancis saat terjadinya revolusi Perancis.
Depresi 1807
Depresi terjadi selama tujuh tahun sejak 1807 hingga 1814. Undang-undang embargo Amerika Serikat 1807 pada saat itu diluluskan oleh kongres Amerika saat presiden Thomas Jefferson memimpin. Hal ini menghancurkan industri yang terkait dengan pengapalan. Kaum federal berusaha melawan embargo ini dan berusaha melakukan penyelundupan di New England .
Kepanikan 1819
Krisis terjadi selama 5 tahun dari 1819 hingga 1824. Ini adalah krisis finansial pertama yang mempengaruhi keuangan Amerika Serikat secara besar-besaran, bank-bank berjatuhan, munculnya pengangguran, dan merosotnya pertanian dan industri manufaktur. Ini juga menandakan berakhirnya ekspansi ekonomi yang mengikuti Perang 1812.
Kepanikan 1837
Berlangsung antara 1837 hingga 1843. Ekonomi Amerika jatuh secara tajam disebabkan kegagalan bank dan kurangnya keyakinan pada uang kertas. Spekulasi pasar menyebabkan bank di Amerika berhenti bertransaksi dalam bentuk koin emas dan perak.
Kepanikan 1857
Terjadi selama tiga tahun hingga tahun 1860. Kejatuhan Perusahaan Asuransi Hidup dan Kepercayaan Ohio menimbulkan ledakan spekulasi di sektor transportasi Amerika Serikat. Lebih dari 5000 bisnis gagal kurang dari setahun sejak terjadinya kepanikan dan kaum pengangguran melakukan protes di kawasan urban.
Kepanikan 1873
Terjadi selama enam tahun disebabkan masalah ekonomi di Eropa mengakibatkan jatuhnya Jay Cooke & Company, bank terbesar di Amerika Serikat. Hal ini juga menimbulkan spekulasi terhadap perang saudara di Amerika. Undang-undang koin 1873 juga memberikan kontribusi dalam jatuhnya harga perak yang menghancurkan industri pertambangan Amerika Utara.
Depresi Berkepanjangan
Sesuai namanya, depresi ini menelan waktu 23 tahun sejak 1873 hingga 1896. Runtuhnya Bursa Efek Vienna menyebabkan depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat penting dicatat dimana pada periode ini, produksi industri global meningkat pesat. Di Amerika Serikat misalnya, pertumbuhan produksi mencapai empat kali lipat.
Kepanikan 1893
Terjadi selama tiga tahun hingga 1896. Terjadi akibat kegagalan Reading Railroad Amerika Serikat dan penarikan investor Eropa terhadap pasar saham serta jatuhnya bank-bank.
Resesi Perang Dunia ITerjadi selama tiga tahun hingga 1921. Terjadinya hiper inflasi di Eropa menyebabkan kelebihan produksi besar-besaran di Amerika Utara.
Depresi Besar 1929
Depresi yang paling besar dan dikenang sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939. Pasar saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.
Resesi 1953
Terjadi selama satu tahun. Setelah periode inflasi perang Korea berakhir, banyak uang yang ditransferkan untuk keamanan nasional Amerika Serikat. Berubahnya kebijakan The Fed yang lebih membatasi tahun 1952 menyebabkan terjadinya inflasi yang lebih lanjut.
Krisis Minyak 1973
Terjadi selama dua tahun hingga 1975. Naiknya harga minyak yang ditetapkan oleh OPEC dan tingginya biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat pada Perang Vietnam menyebabkan terjadinya stagflasi di Amerika Serikat.
Resesi Awal 1980
Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi Iran membuat melonjaknya harga minyak dan munculnya krisis energi 1979. Pergantian rezim di Iran menyebabkan menurunnya pasokan minyak sehingga harga minyak melambung. Ketatnya kebijakan moneter di Amerika Serikat untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi lainnya.
Resensi Awal 1990
Terjadi selama satu tahun dimana perdagangan produk industri dan manufaktur menurun.
Resesi Awal 2000
Terjadi selama dua tahun dari 2001 hingga 2003. Keruntuhan bisnis dot-com, serangan 11 September, dan skandal pembukuan menyebabkan krisis di sekitar Amerika Utara.
Depresi Ekonomi 2008
Depresi yang saat ini tengah melanda dunia. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya naiknya harga minyak yang menyebabkan naiknya harga makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank, meningkatnya pengangguran sehingga menyebabkan inflasi global. Bursa saham di beberapa negara terpaksa ditutup beberapa hari termasuk di Indonesia , harga-harga saham juga turut anjlok. Diperkirakan depresi ekonomi kali ini separah / lebih parah dari depresi besar ekonomi 1929.

Kamis, Oktober 09, 2008

Kaca Spion

Oleh Andi F. Noya
Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu Hari Ada kerinduan Dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana. Bukan untuk Baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga Suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa Lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya Mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan Dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi Mengapa rasanya jauh berbeda?
Malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal Rasanya yang mengecewakan, tetapi Ada hal lain yang membuat saya gundah. Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu Mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib Yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya Merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika Masih Ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum Buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang Dan hati riang. Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak Gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna Hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan Sepiring tidak akan pernah puas. Kalau Ada uang lebih, saya pasti nambah Satu piring lagi.
Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya Bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa Dan Siapa Orang Indonesia . Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia. Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir saya terus Meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia Dan Metro TV.Sampai suatu Hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di Sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya Menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan Kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah Dan tidak lagi Menjadi diri saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu Hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya Mobil sendiri, Dan Punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi Sombong karenanya.
Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya .. SejakKecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas Dan Menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya Bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda Milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah Mobil. Kaca spion Mobil itu patah. Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer Saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya.
Sesampai di rumah Saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang Sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi Mobil, di Jalan Prapanca. Garasi Mobil itu oleh pemiliknya disulap Menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma Enam kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat Tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur diRuangan itu.
Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik Mobil datang. Dengan suara keras dia marah-marah Dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan Mobilnya.Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras Dan tidak Bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca Spion mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang Senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang Mengandalkan penghasilan dari menjahit baju.
Sebagai gambaran, ongkos Menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua Minggu. Dalam sebulan, order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan Ada Tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit Itulah kami - ibu, dua kakak, Dan saya - harus bisa bertahan hidup Sebulan. Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap Akhir bulan sang pemilik Mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil Uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan Uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak Ada habis-habisnya. Setiap akhir Bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu Ketakutan. Di Mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah Artinya kaca spion Mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat Kondisi ibu Dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi?Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah Ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik Mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.
Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan. Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah.
Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani. Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti.
Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. ''Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan.. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Cita rasamu sudah meningkat,'' ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu.. Sebab kamu sudah bekerja keras."
Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.
Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab.
Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok..Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion. Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung.
Sang ibu, yang lecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul.
Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit.

PUASA, "RETURN TO THE ORIGIN"

Oleh : Tuty Yosenda
-
Setiap puasa saya selalu mengenang Jean dan Garry, penganut ajaran Mormonisme, (lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Mormon) sebuah sekte Kristiani, yang saya kenal di tahun 2001. Pasangan dari Idaho-USA ini rajin puasa seminggu sekali. Selama puasa, sejumlah pengeluaran yang biasa digunakan untuk makan itu mereka sumbangkan untuk kegiatan bakti sosial di seluruh dunia. Kami berjumpa ketika mereka sedang bertugas mengalokasikan dana sekitar 6 milyar rupiah ke Indonesia, dana yang terkumpul dari ibadah puasa umat Mormon yang konon minoritas di negerinya, Amerika itu. "Mengapa memilih Indonesia?" tanya saya. "Tidak hanya Indonesia. Kami juga melakukan bakti sosial ke negara-negara lain. Bagi kami semua manusia sama, karena kita tinggal di planet yang sama," jawab Garry.
-
Bulan Ramadhan tahun berikutnya kami bertemu lagi. Dengan penuh hormat Jean menggenggam tangan saya dan berkata: "Alangkah hebatnya kalian, umat muslim, melakukan puasa selama 30 hari... Pasti banyak sekali dana yang bisa dibagikan pada orang yang kurang beruntung... "
-
Saya merasa sedikit malu mengenang sinar mata Jean ketika mengucapkan kekaguman yang salah alamat itu. Barangkali karena saya tidak pernah mempersoalkan ritual bulan puasa kita yang lucu. Misalnya: Kita memang tidak makan apa-apa sepanjang siang, tapi pengeluaran untuk makan selama bulan puasa malah lebih banyak dari biasanya. Ketika puasa baru berjalan setengah putaran, kita malah belanja lebih banyak lagi demi persiapan merayakan 'kemenangan' -yang belum tentu kita pahami di akhir puasa nanti. Jika sebelum puasa mungkin ada sedikit uang, pada akhir puasa tampaknya harus ada tekad besar untuk 'menambal galian lubang' di kocek kita, supaya bisa bikin lubang dengan tenang di bulan puasa tahun berikutnya. Dan itu masih belum apa-apa. Di daerah tapal kuda Jawa Timur dikenal istilah "telasan" yang berarti "habis-habisan belanja", yang dilakukan selama seminggu setelah puasa berakhir. Tampaknya memang begitu cara kita menjalani bulan puasa. ("Kita?", tanya seorang teman. "Elo aja kalee...")
-
"Tuhan sendiri yang merancang dan memerintahkan puasa, jadi mestinya puasa lebih dari sekedar menghilangkan atau menggeser jadwal makan siang", begitu kata teman saya lainnya. Puasa membuat tubuh belajar mengenali perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Keinginan memang bisa macam-macam sekali; maunya ada nasi soto, sate, lotek, atau burger. Padahal kebutuhan di baliknya ya cuma mengisi perut. Perhatian pada kebutuhan, bukan keinginan, akan membuat kita mengenali kembali kata 'cukup', kata yang sudah lama kita abaikan. Memahami kata 'cukup' justru akan membuat kita makan seperlunya, belanja seperlunya, beraktivitas seperlunya, dan ber-apa saja seperlunya....
-
Keinginan juga bisa membuat kita tidak merasa cukup dengan rasa asli makanan yang diolah sekedarnya. Kita terbiasa dengan ekstra garam, gula, dan zat tambahan lain, yang semua itu fungsinya hanya memperdaya lidah dan 'tombol lapar' kita, membuat kita terjebak dalam urusan perut. Kini terbukti bahwa kita merupakan generasi yang tubuhnya tak perlu dilemahkan oleh penyakit aneh-aneh dari luar. Gaya hidup kita saja sudah cukup untuk menyakiti diri kita sendiri. Beruntung ada bulan puasa, bulan yang bisa dimanfaatkan untuk mengenal kembali rasa asli makanan alami. "Setelah seharian menahan lapar, mestinya tidak sulit untuk merasa cukup dengan menyantap pisang tanpa zat tambahan sebagai makanan pembuka, sebagaimana Rasul menyantap buah kurma segar", begitu kata teman saya. (Saya jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalau puasa malah membuat kita menjadi 'pendendam' yang ingin menebus keterbatasan di siang hari dengan pelampiasan yang hebat di malam hari ?).
-
Tapi memang rasa cukup itu hal yang paling mewah di dunia. Konon kata para sufi, rasa cukup itu identik dengan merasa kaya, bahkan bisa menjadikan kita lebih kaya harta dari sebelumnya. (Tentu saja, karena rasa cukup ini membuat kita tidak perlu ganti HP, ganti mobil, atau ganti pacar tiap tahun kan? "Iya, tidak perlu tiap tahun. Cukup tiap 2-3 tahun", celetuk teman saya yang lain lagi.) Rasa cukup itu bahasa Inggrisnya 'contented' alias puas dan senang. "Enough is equal to a feast", kata pepatah bule. (Rasa cukup itu sepadan dengan kepuasan besar.) "He who knows not when he has enough is poor," kata pepatah Jepang. (Orang yang tidak tahu arti cukup adalah orang miskin.) Orang yang tidak merasa cukup akan menjadi ... p.e.r.u.s.a. k, kata seorang teman. Lho, kok bisa?
-
Rasa tidak cukup itu akan membuat kita sibuk menginginkan hal-hal yang tidak kita miliki, sehingga mengabaikan hal-hal yang kita miliki. Pengabaian itu membuat apa yang sebenarnya kita miliki itu 'memberontak' , menjauh, melemah, hingga menghilang. Ada perempuan yang sibuk memoles diri agar bisa secantik selebriti, hingga mereka lupa memberi dukungan pada pesona uniknya sendiri. Ada orang tua yang sibuk mengejar kekuasaan dan kekayaan materi, hingga melupakan investasinya yang paling berharga, yaitu kekayaan batin si buah hati.
-
Saatnya kembali ke titik awal, dimana makan dan belanja kita untuk pemenuhan kebutuhan, bukan pelampiasan nafsu. Cukup berarti menginginkan atas apa yang kita miliki.
-
Mudah-mudahan puasa dan ritme tubuh baru yang dibentuknya akan membuat kita menjadi diri yang baru di akhir puasa, tepatnya diri yang penuh rasa hormat terhadap asal-usul kita sendiri (jati diri).

Senin, September 01, 2008

Berbuka Bukan Dengan Yang Manis

Di bulan puasa itu, sering kita dengar kalimat
"Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis," katanya.
Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Dari Anas bin Malik ia berkata :
Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nabi Muhammad Saw berkata :
Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan yang manis-manis? Tidak.
Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah sunnah Nabi. Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.
Dari dulu saya tergelitik tentang hal ini, bahwa berbuka puasa disunnahkan minum atau makan yang manis-manis. Sepanjang ingatan saya, Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis. Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan.
Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa manisan kurma, bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak kesehatan? Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum.
Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan. Mari kita bicara indeks glikemika (glycemic index/GI) saja.
GlycemicIndex (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin. Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa?
Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka. Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak.
Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
So...bijaksanalah sobat, Wahyu Allah SWT kepada Rasulullah melalui Zat yang sangat kuat : Jibril, pastilah mengandung pelajaran...jadi jangan sampai salah persepsi...

Rabu, Agustus 20, 2008

Metamorfosis







Maaf untuk para model...

Senin, Agustus 04, 2008

Tentang Plastik

Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.

Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.

Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?


#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

#2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

#4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

#5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

#6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

#7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.
Semoga informasi ini bermanfaat

Senin, Juli 28, 2008

Jawa Timuran II


DIUBER CELENG
Sore-sore mari mulih angon, Bunali pethuk ambek Brudin.
"Waras ta !! " jare Brudin ndhik Bunali.
"Waduh dino iki aku meh mati disruduk celeng " jare Bunali.
"Lho kok isok ngono, yok opo ceritone ?" jare Brudin.
"Mau awan iku aku pethuk celeng, terus tak garai, tak kileni ambek
pring dhadhak nguamuk. Aku diuber-uber katene disrudhuk, untunge iku celenge bolak-balik tibo kepleset, dhadhi aku sempet menek wit klopo". jare Bunali.
"Waduh cik sereme, lek aku sing ngalami wis pucet kepuyuh-puyuh gak karuan" jare Brudin.
"Lho, aku iyo ngono, kon pikir celenge kepleset opo ?"

DRAKULA
Onok drakula loro jenenge Kentus ambek Kentir
Arek loro iki wis sak wengi gentayangan golek mbun-mbunan gak oleh-oleh.
Wis meh katene isuk Kentir mbalik atik lambene abhang kabeh belepotan getih.
Ndhelok ngono, Kentus malih purik, "Waduh awakmu kok isok oleh getih akeh ?".
"Awakmu kepingin tah ?. Ayo melok aku !!! " jare Kentir.
Mari ngono arek loro iku miber bareng. Gak sui terus anjlok ndhik wuwungane bangunan.
"Awakmu kethok cagak gendero ndhik ngisor iku ?" takok Kentir.
"Yo kethok rek !! Sing cedhake pos satpam iku se ," jare kentus.
"Wah hebat awakmu . ." jare Kentir.
"Lho opoko masalae ? " takok Kentus.
"Soale aku mau gak kethok . ." jare Kentir.

ASMUNI
Bunali lagi kulak sandal nang pasar. Moro-moro onok arek marani Bunali.
"Lho sampeyan iki Asmuni Srimulat yo?" takok arek mau.
"Dhudhuk !. Ngawur ae.!!" jarene Bunali.
"Ojo mbujuki aku tah. Sampeyan mesti Asmuni!" jarene arek mau ngeyel. Bolak-balik Bunali egesno lek dheke dhudhuk Asmuni Srimulat, tapi arek mau tetep ae ngotot gak percoyo. Ndhik endhi ae Bunali ditututi ambek arek iku mau. Mergo mangkel, akhire Bunali ngiyakno, cik arek iku ndang ngalih.
"Yo wis tak akoni aku pancene Asmuni Srimulat!. Kate lapo kon !!"
"Tapi kok gak mirip blas yo?" jare arek mau ambek nginclik.

ASI
Yuk Jah lungo nang dokter anak ambek nggendhong bayek. Gak sui Yuk Jah diceluk mlebu, tibake doktere guanteng. Mari merikso bayeke, doktere takok nang Yuk Jah, "Ning, arek iki ngombe ASI opo susu botol ?"
"ASI pak dokter . . ." jare Yuk Jah.
"Wah lek ngono tulung aku prelu merikso susu sampeyan, " jare doktere. Yuk Jah nurut, klambine dibukak. Mari ngono ambek doktere diperikso alon-alon. Yuk Jah seneng ae, soale enak ambek doktere kan ganteng pisan. Wis mari merikso, doktere ngomong ngene,
"Waduh Ning, yo pantes bayek sampeyan kuru, wong sampeyan iku gak ndhuwe susu."
Jare Yuk Jah, "Dhudhuk aku sing nyusoni pak dokter ".
"Lha sopo maneh lho ? ." doktere bingung.
"Aku iki rewange . ."

WEDI KARO BOJO
Mari pegatan muntiyadi terus rujukan maneh karo romlah. Masalahe muntiyadi cinta pol karo romlah. Kapanane ndek kesatuanne muntiyadi, tentara diperintah baris. Tapi komandan njaluk barisanne dibagi loro. Barisan sing pertama tentara sing wedi karo bojone. Barisan sing kedua tentara sing gak wedi karo bojone. Pas komandan ngecek barisan.
Barisan sing pertama akeh pol.
Barisan sing kedua cuman siji yo muntiyadi
Komandanne takok nang muntiyadi : Opo'o peno kok gak wedi karo bojo.
"Lho aku iki ndek barisan kedua, dikongkon karo bojoku" Jare muntiyadi.

NOSTALGIA
Pas wayahe bulan purnama, Muntiyadi ngejak Romlah ngelencer nostalgia numpak bronpit. Mari ngono, arek loro iku tekan mburine pabrik paku.
"Dik, yok opo lek awake dhewe mbaleni lakon limang tau kepungkur pas pacaran biyen ?" jare Muntiyadi.
"Iyo cak, setuju." jare Romlah.
Mari ngono, Romlah dilungguhno ndhik pager wesi mburine pabrik paku iku. Terus ambek Muntiyadi, Romlah dijak indehoi koyok jamane pas pacaran biyen. Moro-moro, Romlah lunjak-lunjak ambek awake horeg kabeh. Ndelok bojone giras ngono, Muntiyadi tambah semuangat.
Wis oleh rong ronde, akhire arek loro iku nggeblak ceblok ndhik suket.
"Waduh dik, awakmu kok cik girase " jare Muntiyadi.
"Iyo cak, limang taun kepungkur, pager wesine gak onok setrume. ."

SEMONGKO
Bunali lagi pusing soale kebon semongkone ben bengi dijarahi wong, padahal lagi wayahe panen.
Wis diakali macem-macem sik pancet ae akeh sing ilang. Jarene wong sing nyolong iku Wonokairun, tapi Bunali gak wani nangkep. Akhire Bunali nemokno cara cik malinge kapok. Sore-sore sak durunge mulih, Bunali masang papan peringatan sing onok tulisane ngene, "Awas !!! Ati-ati lek arep nyolong. Salah siji semongkoku iki wis tak suntik racun"
Mari ngitung semongkone sing mateng, kabeh onok limolas, Bunali mulih. Sisuke Bunali nyambangi kebone maneh, pas di ijir semongkone sik pancet limolas.
"Wah tibake malinge gocik, tak bujuki ambek pengumuman ae wis wedhi " pikire Bunali.
Mari ngono Bunali ndhelok papan pengumumane ambruk, wah paling ketiup angin, pikire Bunali maneh. Pas diwalik, tibake papan pengumumane ditambahi tulisan ambek malinge,
"Awas !!! saiki onok loro".

WEDHUS
Bunali pethuk Wonokairun lagi angon wedhus.
"Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh yo ?" jare Bunali
"Yo lumayan " jare si Mbah
"Pira kabehe, Mbah ?" takon Bunali maneh
"Sing putih opo sing ireng ?"
"Sing putih, wis"
"Selawe"'
"Wik, cik akehe. Lha sing ireng?'"
"Podho..." jare Wonokairun ambek ngarit suket. Bunali takon maneh.
"Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah.."
"Yo.."
"Pirang kilo mangane sakdino ?"
"Sing putih opo sing ireng ?"
'Sing ireng, wis'
"Yo kiro-kiro limang kiloan"
"Lha sing putih?"
"Podho . . ."
Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok kudu mbedakno sing putih tah ireng, wong jawabane yo podho ae.
"Mbah, opoko lek tak takoni perkara wedusmu, sampeyan mesti leren takon sing putih tah sing ireng barang. Padahal masiyo putih utawa ireng, jawabanmu podho terus. Sakjane ngono onok opo?"
"Ngene lho, sing putih iku wedusku..."
"Lha sing ireng ?"
"Podho . . ."
BAJAK LAUT
Muntiyadi pethuk ambek Gempil koncone sing dines ndhik angkatan darat. Tibake Gempil iku saiki sikile sing kiwo yo dingklang pisan, ambek tangane sing tengen tibake yo tughel digenti cathoke bakul beras. Sing luwih nemen maneh, motone gempil kari sing kiwo. Moto sing tengen wis cumplung ditutupi kain ireng malih koyok bajak laut.
"Lho Mun, sikilmu opoko ? " takok Gempil.
Mari ngono Muntiyadi cerito pengalamane kijolan sikile wong wedhok.
"Lha awakmu opoko kok mreteli pisan ?" Muntiyadi genti takok nang Gempil .
"Pas aku patroli nang Aceh, sikilku ngincak granat, langsung puthul. Pas iku onoke sikile sapi, berhubung aku gak gelem, akhire yo ngene sikilku dhadhi mek sithok".
"Waduh cik apese nasipmu, lha tanganmu opoko kok digenti cathoke beras ?" takok Muntiyadi maneh.
"Mari sikilku tughel iku mau, aku dirawat ndhik barak. Moro-moro barakku dibom ambek mungsuh, kenek tanganku, langsung tughel. Pas iku onoke cathoke beras, timbangane gak onok blas, akhire aku gelem. " jarene Gempil maneh.
"Wah kayal thok kon iku, lha motomu opoko kok cumplung pisan ? Kelilipen granat tah ?" takok Muntiyadi maneh.
"Oo iku seje ceritone. Enak-enak cangkruk nyeritakno pengalamanku iku mau, moro-moro onok manuk nembeleki mripatku ". jare Gempil.
"Wah kon iku tambah ngawur thok ae, lha mosok ditembeleki manuk isok motone cumplung". Muntiyadi mulai gak percoyo.
"Lho iku dhudhuk mergo tembelek manuk" jare Gempil.
"Lho opoko ?" takok Muntiyadi.
"Iku pas dino pertama aku nggawe cathok beras".

NUMPAK TAKSI
Muntiyadi mari mulih jogo kiro-kiro jam rolas bengi. Embong wis suepi, gak onok bemo sing lewat, ojek yo gak onok. Muntiyadi malih merinding disko opo maneh ketepakan saiki malem Jum'at kliwon. Mari ngenteni sui, akhire onok taksi liwat, waduh lumayan pikire. Mari mlebu taksi lungguh ndhik mburi, Muntiyadi terus ngandani supir taksine njaluk diterno mulih nang Wiyung. Mergo kekeselen, gak sui Muntiyadi langsung keturon pules. Pas enak-enak turu, Muntiyadi moro-moro keroso taksine kok tambah alon. Bareng didelok dhadhak supir taksine wis gak onok, tibake montore mlaku dhewe. Muntiyadi tambah gemeter pas ndhelok tibake taksine lagi ngeliwati kuburan. Mergo gak kuat nahan wedhi, Mutiyadi bengok-bengok ambek kepuyuh-puyuh
"Tolong !!. . .tolong !!".
Moro-moro seko jendelone taksi, onok endhase supir taksi njengongok. Muntiyadi tambah pucet gak karuan, tibake supir taksine ngomong ngene.
"Hee cak . .ojok turu ae . .Ewangono nyurung, montore mogok iki lho. ."

MERCON
Kentir pethuk ambek konco lawase sing jenenge Kentus. Pas ketemu arek loro iku podho kagete mergo Kentir ambek Kentus podho-podho sirae petal, raine gosong ambek untune yo podho bogange. Arek loro iku takok takokan opoko kok isok podho bocele. Kentir cerito lek raine rusak, sirae petal, ambek untune ngowos mergo melok nyemprot kobongan ambek mangap.
"Pas aku mangap dhadhak onok elpiji mbledhos" jare Kentir. Mari ngono Kentir takok nang Kentus opoko kok sirae petal.
"Mari teraweh aku nyumet mercon ambek rokok. Mari tak sumet, mercone tak sawatno wong dhodhol soto terus ndhelik ambek ngisep rokok. Dhadhak wonge ngerti, aku diuber terus sirahku digepuki pikulane soto" jare Kentus.
"Lha lek raimu opoko kok gosong" takok Kentir maneh.
"Mari sirahku waras, aku merconan maneh. Mari tak sumet ambek rokok, mercone tak sawatno wong dhodhol bakso terus dhelik maneh ambek ngisep rokok. Dhadhak aku ketemon maneh, aku diuber mari ngono diguyang dhudhuhe bakso" jare Kentus.
"Wok nemen kon iku, ngono yo gak kapok. Lha lek untumu opoko kok guwung kabeh ?" takok Kentir maneh.
"Oo lek iki seje ceritone. Pas katene nyumet mercon dhadhak onok arek pacaran liwat"
"Kapok kon, mulakno tah ojok seneng nginceng. Paling kon digibheng ambek sing lanang " jare Kentir kemeruh.
"Gak ngono ceritone . ." jare Kentus.
"Opoko lho . .?" takok Kentir.
"Aku lali . . . Rokokku sing tak sawatno. . ."

KEPITING
Romlah njaluk ditukokno kepiting gawe buko.
"Yo wis tak tukokno nang rolak" jare Muntiyadi.
"Lho gak numpak bronpit tah ?" takok Romlah.
"Gak wis, cik gak amis. Tak nyegat bemo ae" jare Muntiyadi. Mari ngono Muntiyadi budhal nyegat bemo. Dhadhak ndhik bemo Muntiyadi pethuk ambek bekas pacare biyen, jenenge Sablah.
"Lho cak Mun, kate nang endhi peno cak ?" takok Sablah.
"Kate nglencer golek angin . ." jare Muntiyadi.
"Sakjane aku kate kulak kain, tapi wurung ae wis, tak melok peno ae"
jare Sablah ngalem.
Mari ngono arek loro iku ngelencer nang musium Kapal Selam. Ndhik kono lak isis tah, dhadhi gak keroso moro-moro wis sore.
"Waduh blaen iki, aku kudhu mulih, wis yo ." jare Muntiyadi.
Mari pamitan, Muntiyadi mampir nang rolak tuku kepiting diadhai kresek. Mergo gopoh kabeh, pas katene mlebu pekarangan dhadhak kreseke jebol, kepitinge buyar kabeh. Ambek nggurak kepitinge, Muntiyadi bengok-bengok
"Ayo cepetan thithik . wis meh tekan iki "
Krungu bojone bengok-bengok, Romlah ambek muring-muring.
"Cak . .cak, cik guobloke se sampeyan iku. Lha mosok kepiting digiring padhakno bebek ae. Mulakno kok sui. . ."

WANITA BESI
Sutaji gupuh kabeh marani kantor pulisi katene lapuran.
"Waduh Pak Pulisi, aku sik tas ae dinunuti Margaret Tatcher " jare Sutaji.
"Sampeyan ojok macem-macem lek lapuran . " jare pulisine gak percoyo.
"Saestu Pak, asli aku gak mbujuk ". jare Sutaji.
"Lek ngono lapuran sing lengkap alon-alon. Sampeyan pethuk Margaret iku nang ndhi ?" takok pulisine.
"Ngene lho ceritone Pak. Pas aku ngirim barang arep mlebu tol Waru, moro-moro onok bule tuwek awe-awe njaluk nunut. Bareng wis munggah, aku kuaget tibake wong bule iku Margaret
Tatcher. " jare Sutaji.
"Lho kok sampeyan yakin lek iku asli Margaret Tatcher ?" takok Polisine.
"Aku yakine iku pas ngisi solar, dhe'e iku titip njaluk tukokno Mesran Super, jarene ngelak. Lha sisane iku ditetesno mripate, jarene mripate perih " jare Sutaji.
"Opoko ceritone kok dhe'e sampek isok nunut awakmu ?" takok pulisine maneh.
"Ceritone iku, dhe'e lagi melancong nang Suroboyo, lha pas sampek Demak dhadhak moro-moro dhe'e diuber-uber wong akeh, onok tukang rombeng, onok juragan besitua. Kabeh iku nggowok timbangan dhewe- dhewe kepingin ngiloni dhe'e. Mergo wedhi, akhire dhe'e mlayu mbalik nang hotel. Pas arep tekan hotel, dhadhak dhe'e pethuk ambek wong Timbang Badan. Begitu ndhelok timbangan, Margaret tambah pucet kewedhen, terus mlayu maneh sampek akhire pethukan ambek aku njaluk nunut. Pas tak takoni arep nang endhi, jarene sembarang pokoke sing aman. Akhire yo tak jak ngirim barang. Lha saiki iku aku arep lapuran ndhik sampeyan lek Margaret iku ngilang maneh. Aku wedhi lek disalahno." jare Sutaji.
"Lho kapan dhe'e ngilang maneh ? " takok pulisine.
"Pas praotoku tak enggokno jembatan timbang "

KETINGGALAN SEPUR
Mari nglaporno margaret thatcher sutaji oleh tugas maneh seko kaji Imron. Sutaji dikongkon ngeterno duwek rong juta gawe mbayar utange kaji Imron.
"Pak .....duwek rong juta iki dikekno sopo" ? Takok sutaji.
"nggone Pak Bunali ndek Semarang" jare Pak kaji
"sopo sing ngeterno aku nang terminal sepur" jare sutaji maneh
"Ojo kuatir ..... gempil karo sujak ngancani awakmu sampek stasion sepur" jare Pak Kaji.
Menene wong telu budal numpak sepur jurusan semarang.
"Sepure sek suwe rek .....ayok ngopi karo rokokan desek rek" jare sutaji
Akhire wong telu mau ngobrol karo guyon cekikikan ndek warung kopi. Saking asyike guyon wong telu mau gak ngerti lek sepure kate budal Pas suorone sepur muni banter teett...tetttt ... arek telu mau kuaget Mari mbayar kopi arek telu terus mblayu nututi sepur. Gempil karo sujak mblayune luwih cepet dadi sik isok mencolot mlebu nang sepur. Sutaji ketinggalan ndek mburi ... akhire gak nutut .. wis .. ketinggalan. Gak suwe sutaji terus ngguyu kuekel ..... ha ..ha ..ha ...
Wong sing ndelok ..sutaji ... ono sing sakno .. ono sing bingung ...
ono sing ngiro arek gendeng . Satpame ndelok sutaji koyok ngono gak mentolo .. dipikir saking sedihe terus dilampiasno ngguyu
"hei .. kon iku ketinggalan sepur kok malah ngguyu kekel opo' o? jare satpame .
Sing kate lungo iku sakjane aku .... Sing numpak sepur kok malah sing ngeterno aku ...

SPG
Sore-sore onok cewek SPG teko nawakno panci nang omahe Wonokairun.
"Kulo nuwun. " jare cewek iku ambek nyepot sandal.
"Oo monggo, monggo pinarak. "jare Wonokairun.
"Nuwun sewu pak, ibu wonten Pak ?" takok ceweke.
"Waduh bojoku gak ndhik omah ndhuk " jare Wonokairun.
"Yen ngoten, kulo ngerantos mawon " jare ceweke maneh.
"Lho monggo. Anggepen koyok omah dhewe ndhuk " jare Wonokairun ambek ngejak cewek iku mau mlebu ruang tamu. Mari ngono tamune ditinggal ngetren dhoro. Pas Wonokairun mulih, tibake cewek iku sing lungguh nang ruang tamu. Ketokane cewek iku wis kuesel ngenteni kudhu ngamuk ae.
"Ibu teng pundhi to Pak ?" takok cewek SPG iku.
"Bojoku lungo nang kuburan ndhuk" jare Wonokairun.
"Jam pinten mangke kondure ?" takok cewek iku maneh.
"Waduh gak weruh aku ndhuk. Wis onok limolas taun durung tau mulih "

NJEGUR
Onok juragan tambak jenenge Sablah ngadakno sayembara.
"Sopo ae sing wani njegur nang tambakku, bakal oleh hadiah Sepeda Montor." jare Sablah.
Akeh wong sing ngumpul ndhelok sayembarane, tapi gak onok sing wani njegur nang tambak. Masalae tambake isine dhudhuk iwak tapi boyo, nyambik, bajul lan sak panunggalane. Mergo gak onok sing wani njegur, hadiae digenti dhadhi montor kijang anyar. Tapi tetep ae gak onok sing wani njegur mergo merinding ndhelok boyone guedhe-guedhe mangap kabeh. Akhire ambek Sabalah hadiae ditambah maneh, montor kijang anyar ambek omah sak isine. Tapi tetep ae gak onok sing wani njegur. Mari sepi meneng kuabeh, moro-moro Muntiyadi njegur nang tambak. Penontone keplok-keplok kabeh ndhelok Muntiyadi gelut ambek boyo. Kiro-kiro wis sak jam, akhire Muntiyadi tampil sebagai pemenang. Cumak yo ngono, awake dhedhel kuabeh. Wis mari ambekan, Sablah marani arep nyerahno hadiae, tapi Muntiyadi nolak.
"Yo wis tak tambahi dhuwik limangatus juta" jare Sablah, tapi Muntiyadi tetep nolak.
"Tak tambahi mas-masan sak kilo" jare Sablah maneh, Muntiyadi tetep gak gelem.
"Wis ngene ae, awakmu njaluk opo ae, tak turuti" jare Sablah gak gelem kalah.
"Aku njaluk arek sing njungkrakno aku mau digowo rene" jare Muntiyadi.

NUMPAK TAKSI 2
Mari jogo bengi Muntiyadi mulih numpak taksi. Timbangane sepi, Muntiyadi njawil supir taksine kate ngejak ngobrol. Pas dijawil dhadhak supir taksine kuaget setengah mati. Saking kuagete, sikile langsung mancal gas, montore langsung mencelat katene nyosop warung. Untunge, supire sik sempet ngincak rem, gak sidho nubruk. Muntiyadi ambek supire podho pucete gak isok ambekan. Pas wis tenang, Muntiyadi njaluk sepuro ambek takon nang supire opoko dijawil ae kok kuaget.
Jare supire "Ngene lho cak, aku sik tas pertama kali iki nyupir taksi, lha sampeyan iku yo penumpangku sing pertama pisan."
Muntiyadi bingung "Lho mbiyen sampeyan kerjone opo, kok isok sampek kagetan koyok ngene ?"
"Aku mbiyen yo nyupir pisan" jare supir taksine.
"Supir praoto tah ?" takok Muntiyadi.
"Supir montor jenasah . ."

SEPULUH EWU
Wonokariun ngejak gendakane, jenenge Mbok Cempluk, perikso nang dokter Bunali.
"Opoko sampeyan iku mbah, wong awake ketok tahes kok athik perikso." takok dokter Bunali.
"Ngene lho dok, umurku iki wis 80 lha bojoku iki wis kewut pisan umure 75. Aku pingin takok opo sik oleh tah aku ambek bojoku iki main koyok manten anyar ?" takok Wonokairun ambek isin-isin.
"Lho lek sampeyan gak onok penyakit yo aman-aman ae. " jare doktere.
"Wah tepak lek ngono, cumak cik tambah mantep, tulung aku ambek bojoku diperikso. Lha terus mumpung ndhik kene, aku tak main ambek bojoku nang kamar praktek sampeyan. Tulung dipantau mbok menowo onok opo- opo." Jare Wonokairun.
Batine Bunali, sak umur-umur lagek iki ono pasien njaluk sing aneh koyok ngene. Tapi wong jenenge dokter akhire panjaluke Wonokairun dituruti, mari jantunge diperikso, wong loro iku main tutupan layar. Lha Bunali ngenteni jogo-jogo lek misale wong loro iku gak kuat terus jantungen. Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya- ngguyu.
"Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik kuat. "Wis mbah, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir."
"Suwun dok. Piro ongkose ?" takok Wonokairun.
"Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat." Jare Bunali. Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau pas main. Bunali yo nuruti ae wong pancen tugase sebagai dokter. Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya- ngguyu.
"Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik kuat. "Lak wis tak kandani, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir."
"Suwun dok. Piro ongkose ?" takok Wonokairun.
"Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat." Jare Bunali. Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau pas main. Bunali wis mulai ngersulo, tapi yo sik dituruti. Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya- ngguyu. "Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik kuat. "Koyok minggu wingi, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir."
"Suwun dok. Piro ongkose ?" takok Wonokairun.
"Sik tah mbah, aku katene takok. Sampeyan lak wis tak kandani lek sampeyan iku sehat, laopo bolak-balik teko rene ngongkon aku mentelengi sampeyan main. Masio elek, aku iki dokter rek !!, dhudhuk wasit smack down." Bunali mulai purik.
"Ngene lho dok, aku iki wis muteri sak Suroboyo, Mbenjeng, Balungbendo, Ndhiwek sampek Peterongan. Gak onok sewa kamar sing ngisore sepuluh ewu ."

PELABUHAN
Muntiyadi oleh tugas jogo nang pelabuhan Tanjung Perak mulai isuk sampek sore. Isuk-isuk kiro-kiro jam enem, Muntiyadi pethuk ambek Togog numpak sepeda gunung metu seko pelabuhan. Muntiyadi curiga soale, sepedane Togog digandoli glangsing guedhe loro kiwo tengen.
Isine pasti sabu-sabu, utowo putaw pikire Muntiyadi. Mergo curiga, Togog dicegat terus digeledah kuabeh mulai klambi, kathok sampek kampes.
Mari ngono isi glangsinge yo disuntek pisan, tibake isine mek pasir thok. Gak onok nakobar blas.
"Kon laopo sepedaan nang kene ?" takok Muntiyadi.
"Ngene lho pak, aku iki seneng olahraga nang pinggit laut, angine enak." jare Togog.
"Lho laopo sepedamu apik-apik athik kon gandholi pasir ?" takok Muntiyadi.
"Sepedaku iki enteng pak, cik rodhok abhot sithik yo tak gandholi pasir iki." jare Togog maneh.
Pikire Muntiyadi yo masuk akal penjelasane Togog iki. Mari KTPne diperikso, akhire Togog diculno. Sisuke, Muntiyadi pethuk Togog sepedaan maneh. Mergo sik curiga, Togog diperikso maneh koyok wingi. Akhire pancen gak onok opo-opo, isine glangsing cumak pasir thok, Togog terus diculno maneh. Kiro-kiro wis seminggu, Muntiyadi mulai bosen merikso Togog. Dhadhi lek pethuk ben isuk mek manthuk thok, laopo diperikso maneh wong mek pasir. Selama telung taun akhire ben isuk Muntiyadi pethuk ambek Togog numpak sepedaan. Arek loro iku malih dhadhi konco apik, kadang-kadang Togog ditraktir ngopi lek isuk. Mari ngono Muntiyadi dipindah tugase mbalik nang markas besar, gak tau pethuk ambek Togog maneh. Suatu hari, pas Muntiyadi mangan nang restoran, dhadhak pethuk Togog maneh. Tibake Togog iku sugih, montore sedan anyar. Bareng kethok onok Muntiyadi, genti Togog sing nraktir. Ambek mangan, arek loro iku ngobrol.
"Gog, terus terang ae sakjane aku iki sik curiga ambek awakmu. Aku yakin sakjane awakmu iki penyelundup, gak mungkin awakmu isok sugih koyok ngene. Saking ae aku gak isok nemokno barang bukti. Lha saiki aku wis gak jogo nang kono, wis tah awakmu ngaku ae ojok khawatir, selama telung taun wingi sakjane awakmu iku nyelundupno opo?." takok Muntiyadi penasaran.
"Sepeda . . ."

SAYANG ANAK
Muntiyadi oleh tugas penyerbuan nang sarange GAM. Repote, anake Muntiyadi sing jenenge Tole umure sik sepuluh taun gak gelem ditinggal njaluk melok. Mergo sayang anak, akhire Tole dijak pisan, mari mulih sekolah langsung melok numpak pesawat. Nang pesawat wis onok koncone Muntiyadi jenenge Togog ambek Gempil. Pas nang awang-awang, dhadhak mesin pesawate mbrebhet terus mati. Wong papat iku mau mulai pucet kepoyoh-poyoh royokan parasut. Lha masalae parasute iku mek telu, padahal wonge onok papat termasuk. Tole anake Muntiyadi. Mergo wedhi kedisikan, Togog langsung nyaut parasut terus terjun metu pesawat. Mari ngono Gempil gak gelem kalah, melok nyaut parasut terus terjun pisan. Muntiyadi terus rundingan ambek anake, sopo sing kudhu ngalah soale parasute kari sithok.
"Le anakku, parasut iki gawe awakmu ae, masa depanmu sik dhowo. Bapak mek titip salam gawe mbokmu yo Le."
"Pak, sampeyan wis gak usah mbrebes mili, ngisin-ngisini markas besar ae. Iki lho parasute sik onok loro. " jare Tole.
"Lho kok isok ngono, lak mau wis disaut Togog ambek Gempil ?" Muntiyadi heran.
"Sing disaut Om Togog iku mau tas sekolahku . . ."

LALI
Sore-sore Wonokairun nangis gerung-gerung ndhik pinggir embong ambek napuki sirahe. Gak sui Bunali liwat, begitu ndhelok onok wong tuwek nangis langsung mandhek nakoni.
"Mbah, laopo sampeyan nangis ndhik pinggir embong ?" takok Bunali.
"Aku ndhuwe bojo anyar ndhik omah, sik tas ae tak rabi, umure 20 taun, sik enom, ayu, semlohe. " jare Wonokairun ambek nangis.
"Lho lak enak se sampeyan, laopo kok nangis lho ?. " Bunali mulai bingung.
"Ngene lho cak, wis ayu, bojoku iku yo pinter masak. Opo ae kari njaluk, jangan asem, rawon, brengkes, sembarang sing enak-enak pokoke. " jare Wonokairun.
"Lha kurang opo maneh sampeyan Mbah. Ngono kok sik mewek ae. " Bunali tambah bingung.
"Mari ngono yo, bojoku iku setia pol ambek aku. Lek onok sing nggudho langsung dikandhakno aku. " jare Wonokairun maneh.
"Lek ngono ceritane, lha terus opoko sampeyan kok nangis gerung- gerung gak mari-mari ?" Bunali wis gak sabar meneh.
"Aku lali ndhik endhi omahku . . . ."

NDLAHOM
Muntiyadi bingung nggoleki bojone. Mari munyer-munyer sepedaan, akhire ketemu. Muntiyadi kuaget, tibake Romlah lagi ndhodhok ndhik tengah lapangan, waduh sempel wong iki pikire. Seko pinggir embong Muntiyadi mbengoki bojone.
"Ooooiii !!! Laopo kon ndhik kono dik" jare Muntiyadi ambek bengok-bengok.
"Lho sampeyan gak kethok tah, aku lagi numpak perahu nang tengah segoro" jare Romlah.
"Waduh dik, mulakno wong ngarani awakmu ndlahom, wong kelakuanmu pancene koyok ngono. Ayok ndhang mulih, ojok ngisin-ngisini aku" jare Muntiyadi emosi.
"Gak gelem aku cak, wong aku lagi enak-enak golek iwak " jare Romlah.
"Mulih tah gak !!!" jare Muntiyadi muntap.
"Gak gelem!! " jare Romlah.
"Tak gibheng lho yo !!!" jare Muntiyadi.
"Rinio lho lek wani !!" jare Romlah.
"Oo... saking ae aku gak isok renang"

SALESMAN
Kapanane onok Salesman Vaccum Cleaner teko ndhik omahku. Ewangku durung sempet ngomong opo-opo moro-moro salesman iku mau langsung nyebarno tembelek wedhus ndhik karpet. Jarene ngene ''Wis pokoke buk, lek sampek vaccum cleanerku iki gak isok nyedot, tak jamin tak emploke sithok-sithok tembeleke wedhus iku."
Jare ewangku "Peno kepingin didhulit sambel tha ngemploke ?".
"Lho opoko masalae ?'' salesmane takok.
"Lha peno gak ndhelok tha saiki lampu mati ..."

MBAH JO
Mbah Jo dirawat ndhik rumah sakit. Jare doktere asmane wis kronis, irunge sampek dipasangi selang. Wis pirang-pirang dino iki mbah Jo meneeng ae koyok wong koma, mripate thok sing ketap-ketip. Dikiro wis wayahe mangkat, anake nyelukno mudhin ben didungakno. Pas mudhine enak-enak ndungo, moro-moro Mbah Jo megap-megap gak isok ambekan, raine pucet, tangane gemeter. Nganggo bahasa isyarat mbah Jo nirokno wong nulis. Anake ngerti maksute, langsung dijupukno kertas ambek pulpen. Ambek megap-megap, mbah Jo nulis surat. Karo siso-siso tenogone mbah Jo ngekekno surate iku mau nang pak Mudhine. Ambek Pak Mudhine kertase iku mau langsung disaki, rasane kok gak tepak moco surat wasiat saiki, pikire pak Mudhin. Mari ngesaki surat pak Mudhin nerusno ndungone. Gak sui mari ngono mbah Jo mangkat. Akeh wong sing kelangan, soale masio sangar, mbah Jo iku wonge apikan.
Pas selametan pitung dinane Mbah Jo, Pak Mudhin diundang maneh. Mari mimpin ndungo, Pak Mudhin lagek iling lek dhe'e nganggo klambi batik sing digawe pas mbah Jo mangkat. Lha ndhik sake lak onok titipan surate Mbah Jo tah, waduh selamet iling aku rek, pikire pak Mudhin.
"Derek-derek sedoyo, onok surat seko almarhum Mbah Jo sing durung tak sampekno nang peno kabeh. Lek ndhelok mbah Jo pas uripe, isine mestine nasehat kanggo anak putune kabeh. Ayok diwoco bareng-bareng isi surate".
Mari ngono pak Mudhin ngerogoh surat ndhik sake, bareng diwoco tibake munine..
HE.. NGALIO DHIN !!! OJOK NGADHEK NDHIK SELANG OXIGENKU !!!

MINIMARKET
Wonokairun lagi blonjo ndhik minimarket cedhak omahe. Sing dituku tibake daging kalengan gawe pakane kucing. Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni kasire.
"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu mbuktekno lek sampeyan iku ndhuwe kucing. Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing dipamerno ndhik Bunali. "Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe kucinge. Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit balung pakane asu. Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.
"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu iki sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik Bunali. "Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki nenteng kardus bekase indomi sing pinggire dibolongi sak driji.
"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ? " jare Bunali.
"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin ngerasakno. Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.
Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire Bunali kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus. Tibake njerone onok gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune malih gak whuenak. Bunali misuh-misuh gak karuan,
" Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo aku sampeyan kongkon ndhemok tembelek."
"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ? ".